Habib
Luthfi : Keistimewaan Ziarah di Makam Wali adalah isin (Malu) – Kangsoal.blogspot.co.id. Allahumma Sholi A’la sayyidina Muhammad. Sahabat kangsoal pasti akan
menjawab sholawat ketika mendengar Nama Nabi Muhammad di Sebut. Pada postingan
kali ini kangsoal akan menulis dari tentang keistimewaan bagi kita yang mau
berziarah di makam para auliya, atau para kekasih Allah. untuk mengetahui nama-nama wali Alloh dan alamat makamnya selakan baca :Inilah Daftar Nama dan Alamat Makam Wali Se Nusantara yang Harus di Ziarahi
Banyak sekali keistimewaan dengan kita berziarah ke makam para wali,
banyak di masyarakat kita menyebutnya ngalap berkah dari wali yang di ziarahi. Tapi
semakin banyaknya pendapat dan aliran ada yang mengatakan bahwa ziarah ke makam
para wali itu syirik karena meminta kepada orang mati. Itu adalah beberapa
pendapat dari aliran yang tidak membolehkan ziarah di makam para wali.
Kalau menurut saya, tergantung pada orang yang berziarah apakah mereka
pada meminta kepada wali atau Allah, jika kita meminta kepada Allah lantaran
wali ya boleh-boleh saja.
Kembali ke judul postingan kali ini, ini adalah jawaban beliau maulana
Habib Luthfi yang saya kutib dari blognya habib luthfi yaitu habibluthfi,net
simak selengkapnya
ketika Ziarah di Makam Para Wali?Saya pernah ditanya: “Bib,
keistimewaannya ziarah walisongo apa?”, saya jawab: “Isin (malu, red.)!” Jawaban saya masih
dikejar: “Lho,
bukannya istimewanya ada pada berkah (mencari berkah, red.)”. “Bukan.
Terlalu tinggi itu buat saya.” Tandas saya.
Anda lihat, Sunan
Ampel misalnya, sudah berapa ratus orang yang berdzikir di makam beliau tiap
hari? Makam Sunan Kalijaga, berapa ratus orang yang sudah menyebut nama Allah
di sana tiap malam? Sunan Muria, sudah berapa ribu orang yang membaca Quran dan
membaca shalawat di sana (Muria)? Saya sendiri saja masih susah mengajak
anak-anak sehabis maghrib untuk berkumpul dan memperkenalkan ajdad (leluhur), berdoa, berdzikir, dan
membaca Quran. Bagaimana bisa seramai di makam para auliya` Allah Walisongo?
Padahal mereka sudah wafat ratusan tahun yang lalu, dan saya masih hidup.
Berziarah, selain
melahirkan budaya malu seperti tadi, seharusnya berfungsi memperkenalkan siapa
yang ada di makam tersebut kepada anak-anak kita. Seharusnya bukan Walisongo saja,
tapi perkenalkan juga siapa Kiai Sentot Prawirodirjo, siapa Kiai Diponegoro,
siapa Jenderal Sudirman, karena kita semakin lupa dengan para pahlawan negeri
ini. Lihatlah bendera kita, merah putih, ia berdiri tegak bukan secara gratis!
Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar untuk “membeli” bendera
itu. Coba kita kenalkan para pahwalan itu setiap habis maghrib.
Ibarat kita sudah
merdeka ini, seperti ada hidangan di meja di depan kita dan kita tinggal
melahapnya saja. Tapi bukannya melahap, eh malah sibuk ribut sendiri, saling
sikut, mau diadu domba. Makam Sunan Ampel saja, yang sudah wafat ratusan lalu,
masih sanggup mempersatukan masyarakat sekarang yang masih hidup. Pintu makam
selalu dibuka, semua orang dapat menziarahi, apapun warna kulitnya, apapun
partainya, dan di kanan-kiri banyak orang berjualan, pendapatan mereka
bertambah, ada pekerjaan yang dapat menyambung hidup mereka. Muka kita mau
ditaruh dimana, wong orang yang sudah mati saja masih bisa begini, tapi kita
yang masih hidup tidak bisa apa-apa? (RA)
Demikianlah Tulisan
tentang Habib
Luthfi : Keistimewaan Ziarah di Makam Wali adalah isin (Malu), Semoga
bermanfaat
Habib Luthfi : Keistimewaan Ziarah di Makam Wali adalah isin (Malu)
4/
5
Oleh
admin