Para sahabat marah. Mereka hendak
memukuli pemuda itu. Permintaannya kepada Rasulullah, menurut para
sahabat, sudah masuk kategori kurang ajar.
“Wahai Rasulullah izinkan aku berzina,” demikian kalimat pemuda itu yang membuat para sahabat marah.
Namun, tidak demikian dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. “Mendekatlah,” Beliau memanggil pemuda
tersebut. Wajah Rasulullah tetap teduh, tak ada kemarahan, tak ada
kata-kata kasar.
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada ibumu?” tanya Rasulullah.
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa ibu-ibu mereka.”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa ibu-ibu mereka.”
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada putrimu?” Rasulullah melanjutkan sabdanya.
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa putri-putri mereka.”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa putri-putri mereka.”
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada bibi-bibimu, saudari ayahmu?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa bibi-bibi mereka.”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa bibi-bibi mereka.”
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada bibi-bibimu, saudari ibumu?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa bibi-bibi mereka.”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa bibi-bibi mereka.”
Setelah pemuda tersebut menyadari bahwa
tak ada seorang pun yang rela ibu, putri dan kerabatnya dizinai
sebagaimana dirinya sendiri juga tidak rela jika hal itu terjadi pada
ibu, putri dan kerabatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
lantas meletakkan tangan beliau kepada pemuda itu sambil mendoakannya:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ
“Ya Allah… ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
“Setelah itu,” kata Abu Umamah yang
menceritakan kisah pemuda tersebut dalam hadits, “pemuda tersebut tidak
pernah melirik apapun.” Perbuatan zina menjadi hal yang paling
dibencinya.
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah guru terbaik. Murabbi terbaik. Dai terbaik. Pemimpin
terbaik. Beliau pribadi yang lemah lembut dan penyayang. Senantiasa
mencintai dan menyayangi umatnya.
Beliau tak mau ada umatnya yang
tersesat. Beliau tak mau ada umatnya yang masuk neraka. Maka beliau
mendakwahi mereka dengan cara terbaik. Beliau menunjukkan, tidak
menyalahkan. Beliau membimbing, tidak menghardik. Beliau merangkul,
tidak memukul. Beliau mengasihi, tidak menghakimi. Maka ratusan ribu
hati luluh sebagaimana pemuda tadi. [
Inilah Jawaban Rosululloh Ketika ada Seorang Pemuda Minta Izin Untuk Berzina
4/
5
Oleh
admin