Saat Idul Adha yang lalu, tembang ini diperdengarkan di Yaman oleh mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Imam Shafie College Hadramaut.
Lir
Ilir. Itulah tembang kondang ciptaan Sunan Kalijaga. Syair itu
diciptakan oleh Sunan Kalijaga itu untuk berdakwah menyebarkan ajaran
Islam di masyarakat Jawa.
Tembang ini memang sangat populer.
Bahkan, hingga kini, umat muslim di nusantara, khususnya Jawa, masih
sering mendengarkan maupun melantunkan tembang ini.
Dan saat Idul Adha yang lalu, tembang
karya Raden Mas Said itu diperdengarkan di Yaman oleh mahasiswa
Indonesia yang berkuliah di Imam Shafie College Hadramaut.
Semula, para mahasiswa yang tengah
liburan itu melantunkan salawat dan qasidah bernada Padang Pasir.
Tibalah di penghujung acara. Sekelompok mahasiswa Indonesia melantunkan
tembang Lir Ilir.
Dan hasilnya, mahasiswa yang berada di
sana terpesona. Mereka terlarut dengan tembang itu. Meski tak memahami
bahasa tembang itu, mahasiswa yang mayoritas dari Timur Tengah turut
menikmati tembang itu sambil tersenyum.
Pekan Hari Raya Idul Adha adalah salah satu pekan libur tahunan bagi
Mahasiswa di Yaman khususnya Mahasiswa Imam Shafie College yang
berlokasi di Ibu Kota Provinsi Hadramaut yaitu Kota Mukalla. Sebagaimana
lazim di hari-hari libur panjang kuliah, para mahasiswa beserta
pengurus harian kuliah turut serta berlibur tuk sejenak menghilangkan
kepenatan dari padatnya jadwal kuliah.
Dalam menghabiskan masa libur kuliah selama ini biasanya kalau tidak ke
pantai yah ke kolam renang. Hanya saja momen Idul Adha kali ini lebih
spesial dari pada tahun sebelumnya, dimana tahun kemarin sesuai dengan
kebijakan perkuliahan liburan Idul Adha hanya dihabiskan di Kota
Mukalla. Walaupun di Kota Mukalla yang merupakan Kota Kampus kami, Dewan
Kampus membawa Mahasiswa ke villa yang mempunyai Kolam Renang selama 2
hari 2 malam.
Biasanya, baik itu di Kolam maupun di Pantai, teman-teman senantiasa
mengadakan lomba-lomba khas Agustusan seperti lari kelereng, memasukkan
paku ke botol dan mengambil koin dalam tepung. Hal ini tak lain untuk
menghilangkan efek jenuh kuliah dan pesantren yang jadwal kegiatannya
padat dari Shubuh sampai Isya’. Walaupun kami adalah Mahasiswa akan
tetapi kami juga jadi Santri di Ribath Imam Syafi’i, sehingga kegiatan
pembelajaran terasa sangat padat.
Nah, spesialnya pada liburan Idul Adha kali ini adalah kami para
Mahasiswa bersama Staff pengurus Ribath & Universitas Imam Syafi’i
hampir secara keseluruhan menghabiskan masa liburan di Kota Tarim. Jarak
yang ditempuh dari Mukalla ke Tarim hanya memakan waktu 7 jam bila
ditempuh dengan Mobil Pribadi.
Sebelum Idul Adha, tepatnya di hari Arafah kami mengikuti Munajat
bersama di Khelih, Tarim bersama para Ulama’ dan Habaib Kota Tarim dari
setelah Shalat Ashar sampai menjelang masuknya waktu Isya’. Selain
bermunajat, di situ juga ada buka puasa Arafah bersama dengan menu Nasi
Kebuli dan Kambing yang dibagikan kepada para hadirin secara cuma-cuma.
Esok harinya kami melaksanakan Shalat Ied di Jabanah, satu tempat Khusus
yang digunakan untuk Sholat Ied dan Shalat Jenazah yang lokasinya tepat
di Jantung Kota Tarim dan berseberangan dengan Pemakaman Zanbal yang
terkenal dengan Makam Seribu Wali.
Tepat pada malam senin 14 Dzul Hijjah 1436 H, 3 hari pasca Idul Adha.
Kami Para Mahasiswa bersama Staff Pengurus Kuliah mengadakan ‘Awad di
penginapan. ‘Awad sendiri adalah semacam acara kumpul bersama di mana di
dalamnya berisi pembacaan Shalawat, Qasidah serta Do’a. Dalam ‘Awad
sendiri biasanya ada minuman Khas yang disajikan yaitu Qahwah atau Kopi,
hanya saja Kopi Tarim tak sama dengan Kopi Indonesia, Kopi di sini
lebih cenderung menggunakan campuran Jahe dari pada biji Kopi.
Karena di sini kami adalah Mayoritas, jadi dalam urusan Shalawat dan
Qashidah lebih banyak diserahkan kepada kami Mahasiswa Indonesia,
walaupun terkadang ada selingan dari Mahasiswa Yaman maupun Saudi. Acara
‘Awad dimulai setelah Shalat Isya’ sampai jam 22.30 waktu setempat.
Selain menyenandungkan Qashidah dan Shalawat, teman-teman banyak yang
maju di hadapan hadirin untuk melakukan Tarian Jafin maupun Gambus.
Dari awal acara, penyajian Shalawat dan Qashidah masih menggunakan
Kultur dan Nada Padang Pasir alias kearab-araban hingga tiba di
penghujung acara teman-teman berinisiatif untuk membawakan Qashidah Khas
Indonesia. Di luar ruangan nampak Cahaya Rembulan begitu terang karena
malam ini adalah Malam ke 14 yang mendekati Puncak Purnama. Nah, di
bawah pancaran Sinar Rembulan teman-teman membawakan Qashidah “Padang
Bulan” yang dipopulerkan oleh Habib Syeikh tersebut, dilanjutkan dengan
Tembang Kanjeng Sunan yaitu “Lir Ilir”, teman-teman kian semangat dan
serentak membawakannya. Syeikh dan Staff Pengurus Harian Kuliah beserta
Mahasiswa dari Yaman dan Saudi hanya tersenyum tanpa memahami apa yang
kami baca secara serentak ini karena tak lain bahasanya adalah Bahasa
Jawa.[]
Imam Abdullah El-Rashied, Mahasiswa Fakultas Syariah, Imam Shafie College Hadramaut – Yaman.
Ditulis di Tarim, Senin 14 Dzul Hijjah 1436 H/28 September 2015.Semoga bermanfaat. amiin.
Kisah Nyata : Tembang Sunan Kalijaga Mempesona Yaman
4/
5
Oleh
admin