Fase banyak bertanya
akan terjadi pada setiap anak. Sebab, itu adalah salah satu caranya
mengembangkan imajinasi dan justru belajar lebih banyak. Mungkin
pertanyaannya terasa melelahkan di telinga kita. Namun jangan menyerah,
teruslah menanggapi
- Anak, melewati proses belajarnya melalui berbagai
tahapan. Dan salah satu tahapan terpentingnya adalah bertanya. Ya,
mereka akan menanyakan segala hal yang terlihat, tercium, tersentuh,
bahkan hal-hal yang terlintas begitu saja di kepala mereka. Kadang
pertanyaannya unik, aneh, dan menggelikan.
Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, ada kalanya Anda merasa frustrasi. Dan biasanya terjadi karena dua hal. Pertama, Anda tidak tahu jawaban sebenarnya. Kedua, Anda bingung menyusun kalimat sederhana yang dapat dimengerti anak. Akar dari rasa frustrasi ini adalah kesalahpahaman Anda terhadap bahasa anak, dan Anda berpikir ketika anak bertanya mengapa, sama seperti orang dewasa bertanya "mengapa". Jawaban sebab-akibat yang Anda berikan kepada anak pun jauh dari tujuan, dan anak pun gagal.
Padahal, memang begitulah anak-anak. Mereka sangat ingin tahu mengapa segala sesuatu terjadi. Pertanyaan "mengapa" yang mereka ajukan sebenarnya bagian dari perkembangan perbendaharaan katanya. Sejak usia tiga tahun, anak menunjukkan kehausannya untuk memahami dunia sekitar. Ia sangat ingin berkomunikasi. Anak usia ini juga sangat termotivasi untuk belajar.
Kata "mengapa" bukan semata untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk berkomunikasi. Di usia empat tahun, kata "mengapa" langsung dikaitkan dengan sesuatu seperti, "Mengapa anjing menggonggong?" Yang ada dalam pikiran anak saat ia bertanya "mengapa" adalah "Wah, menarik sekali. Ceritain dong, anjing itu apa?" Anak-anak usia ini tidak butuh penjelasan sebab-akibat. Mereka hanya butuh perhatian dan ingin Anda bercerita apa saja tentang sesuatu yang ditanyakan.
Ditulis oleh Angga Setyawan dalam bukunya Anak juga manusia, pertanyaan anak memang aneh-aneh. Maka, kitalah yang perlu memahami bahwa anak cukup kritis karena imajinasi mereka sungguh luar biasa. Mereka mempunyai rasa penasaran yang sangat besar, bahkan melebihi kita. Misalnya kita benar-benar tidak tahu apa jawaban dari pertanyaan uniknya, ya jawab saja selogis, sejujur mungkin dan sebisa kita.
Sebab, dalam hal ini yang akan kita bahas bukan pertanyaannya, namun respons kita. Karena jika kita sudah tahu caranya, kita bisa merespons dengan bijaksana pertanyaan apa pun dari anak. "Saya tidak mempersoalkan ia paham atau tidak, karena memang terkadang butuh waktu bagi seorang anak untuk memahami sesuatu. Yang penting ia puas dengan jawabannya. Mungkin bingung, tetapi seiring berjalannya waktu, ia akan paham," kata Angga.
Karena itu, yang penting hindarilah jawaban yang mematahkan rasa ingin tahunya seperti "Jangan tanya terus kenapa, sih!" atau "Diam ah, jangan ganggu mama!" meski ia terlihat biasa saja, saat menerima jawaban Anda, bisa jadi hal ini akan membuatnya kurang percaya diri karena merasa tidak dihargai.
Ketimbang mematahkan semangatnya itu, lebih baik jawab tidak tahu, jika memang begitu kondisinya. Tidak ada salahnya jika menjawab "Mama tidak tahu, bagaimana kalau kita sama-sama cari jawabannya?" Anda bukan orang yang tahu segalanya, kan? Wajar saja. Akan lebih baik, saat orangtua dan anak sama-sama mencari tahu jawabannya dari buku, internet atau bertanya langsung kepada ahlinya jika pertannyaannya memang merupakan bidang spesifik.
Pertanyaan "mengapa" yang terus-menerus memang melelahkan. Anda kerap berharap "mengapa" itu segera berakhir. Meski begitu, Anda tetap perlu sabar. Menjawab pertanyaan atau sekadar bercerita tentang topik yang diajukan anak merupakan "makanan" bagi rasa ingin tahunya. Jawaban-jawaban Anda juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak dan memberi pemahaman lebih baik tentang arti kata.
Hal penting lainnya yang perlu diingat adalah berikan mereka proses dalam mendaptkan jawaban, karena ia akan belajar cara mencari jawaban sendiri dalam setiap kesulitan. Jika kita menanggapi pertanyaan mereka dengan sungguh-sungguh, mereka juga akan belajar bersungguh-sungguh dalam setiap hal.
Bangunlah komunikasi dua arah melalui cara merespons pertanyaan anak dengan bijaksana. Jika kita selalu merespons dengan baik dan bijaksana, kitalah yang akan dicari anak jika ia butuh jawaban. Sangat riskan jika pertanyaan anak sudah berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan, lalu ia mendapatkan jawaban dari orang yang salah pula. Pastikan bahwa kitalah yang pertama dicari anak jika ia mempunyai pertanyaan.
Terakhir, daripada sekadar menjawab, berikan sensasi saat ia mendapatkan jawaban. Sehingga membekas menjadi sesuatu yang akan ia ingat. Siapa tahu ia akan membutuhkannya di masa depan.
1001 pertanyaan ajaib anak dan cara bijak menjawabnya
4/
5
Oleh
admin