“Kami,” tanya kaum Muslimin yang mengerumuni Ibrahim bin Adham, “telah lama berdoa. Tapi, doa kami belum membuahkan hasil. Apakah sebabnya?”
“Sebab,” jawab Ibrahim bin Adham, “hati kalian telah mati.”
Ibrahim bin Adham pun menyebutkan 10 ciri bentuk kematian hati yang menjadi sebab tertolaknya doa.
Pertama, mengakui bahwa Allah Ta’ala merupakan Pencipta Semesta Raya, tapi melalaikan hak-hak Allah Ta’ala untuk diibadahi dan tidak disekutukan.
Betapa kita melihat banyak kaum Muslimin yang shalat pun tidak mau? Padahal, Allah Ta’ala telah menciptakan dan menjamin semua rezekinya?
Kedua, membaca al-Qur’an, tapi tidak mengamalkan isinya.
Dari sekian banyak kaum Muslimin, hanya sedikit yang membaca dan mempelajari hukum-hukum terkait bacaan al-Qur’an. Dari sedikit yang membaca, lebih sedikit lagi yang memahami maknanya. Akan lebih sedikit lagi jumlah yang kaum Muslimin yang mengamalkan apa yang dipahami, dan bertambah sedikit lagi kaum Muslimin yang ikhlas dalam mengamalkan kandungan al-Qur’an.
Ketiga, mengaku memusuhi setan, tapi melakukan pekerjaannya.
Betapa banyak di antara kaum Muslimin yang mengetahui bahwa setan merupakan musuhnya, tapi justru melakukan banyak amalan yang digemari oleh setan? Betapa banyak kaum Muslimin yang bahkan mendukung amalan-amalan setan untuk dilakukan secara bersama-sama di sebuah lingkup masyarakat.
Keempat, mendaku cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tapi meninggalkan sunnah-sunnahnya yang amat mulia.
Betapa sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terbentang luas dari bangun tidur hingga kembali ke tempat rehat. Amat banyak, mulai dari yang mudah dan murah dikerjakan hingga yang berat dan membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit.
Sayangnya, meski sebagian kaum Muslimin mengetahui bahwa hal tersebut termasuk sunnah Nabi, banyak yang meninggalkannya karena kemalasan dan kebodohan yang dituruti. Malas melakukan Dhuha, padahal ada rahasia agung di balik amalan tersebut. Malas berdzikir, padahal dzikir menjadi sebab kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Masih banyak lagi perbuatan yang termasuk dalam kategori meninggalkan sunnah, meski seseorang mengetahui bahwa menjalankan sunnah bersamaan dengan prioritas terhadap kewajiban menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga.
Kelima, mendambakan surga, tapi mengamalkan amalan-amalan yang memasukkan ke dalam neraka.
Jika seseorang berpikir dengan normal, ia pasti ingin dimasukkan ke dalam surga. Sayangnya, banyak di antara mereka yang justru melakukan amalan-amalan yang menjadi sebab dijerumuskan ke dalam neraka. Pingin masuk surga, tapi pacaran. Pingin masuk surga, tapi berzina. Pingin masuk surga, tapi korupsi. Pingin masuk surga, tapi berbohong, dan lain sebagainya.
Keenam, mengaku takut kepada neraka, tapi melakukan maksiat.
Tidak ada satu pun manusia yang sanggup menahan panasnya api dunia. Lebih-lebih lagi panasnya neraka yang lipat panasnya seribu kali, bahkan lebih dari itu. Sayangnya, banyak yang takut neraka, tapi masih bergelimang dalam melakukan masiat kepada Allah Ta’ala, dari yang paling kecil hingga yang paling besar.
Ketujuh, mengetahui kepastian mati, tapi tidak bersiap diri untuk berbekal.
Di antara ciri cerdasnya seorang hamba, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah, ialah orang-orang yang menyadari kepastian mati, lalu beramal untuk memperbanyak bekal. Sebaliknya, orang-orang yang dungu, hatinya mati. Mereka berusaha berlari dari kematian dengan berada dalam gelimang dunia dan dosa.
Tiada persiapan, hanya kemalasan dalam beribadah, padahal ibadah dan amal shalih merupakan sebaik-baik bekal bagi seorang hamba dalam menghadapi kematian yang pasti dan kehidupan setelahnya.
Kedelapan, sibuk mengoreksi kekurangan orang lain, tapi abai dengan kekurangan diri.
Semut di seberang sungai terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Sibuk meneliti orang lain, mencari-cari aib, lalu menyebarkannya kepada banyak orang. Padahal, aib dirinya jauh lebih besar, jauh lebih banyak.
Kesembilan, mendapatkan rezeki dari Allah Ta’ala, tapi tidak bersyukur.
Ketika belum mendapatkan rezeki, sibuk berdoa. Setelah diberi rezeki, langsung lupa untuk bersyukur. Bahkan, banyak yang menggunakan rezeki untuk berlaku kufur, musyrik, dan berbagai jenis perbuatan dosa lainnya.
Kesepuluh, ikut dalam prosesi pemakaman, tapi tidak mengambil pelajaran dari kematian.
Kematian seharusnya menjadi nasihat. Kematian seharusnya menyadarkan. Sayangnya, banyak yang abai, lalai, bahkan semakin terjerumus dalam dosa, meski sering mengikuti prosesi pemakaman atas kematian saudara, tetangga, atau kaum Muslimin yang lain.
Hendaknya kita memperhatikan 10 hal ini. Semoga kita terjaga dari buruknya 10 hal ini. Sebab, 10 hal ini merupakan penyebab kematian hati, kemudian doa kita tidak dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Tertolak! Wallahu a’lam. (bersamadakwah/akhwatindonesia)
Melakukan 10 Hal Ini, Maka Doa Anda Akan Tertolak.
4/
5
Oleh
admin