Saturday, October 10, 2015

Kisah Nyata : Tembang Sunan Kalijaga Mempesona Yaman

Saat Idul Adha yang lalu, tembang ini diperdengarkan di Yaman oleh mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Imam Shafie College Hadramaut.

 Lir Ilir. Itulah tembang kondang ciptaan Sunan Kalijaga. Syair itu diciptakan oleh Sunan Kalijaga itu untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam di masyarakat Jawa.
  Tembang Sunan Kalijaga Mempesona Yaman

Tembang ini memang sangat populer. Bahkan, hingga kini, umat muslim di nusantara, khususnya Jawa, masih sering mendengarkan maupun melantunkan tembang ini.

Dan saat Idul Adha yang lalu, tembang karya Raden Mas Said itu diperdengarkan di Yaman oleh mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Imam Shafie College Hadramaut.

Semula, para mahasiswa yang tengah liburan itu melantunkan salawat dan qasidah bernada Padang Pasir. Tibalah di penghujung acara. Sekelompok mahasiswa Indonesia melantunkan tembang Lir Ilir.

Dan hasilnya, mahasiswa yang berada di sana terpesona. Mereka terlarut dengan tembang itu. Meski tak memahami bahasa tembang itu, mahasiswa yang mayoritas dari Timur Tengah turut menikmati tembang itu sambil tersenyum.

Inilah kisahnya  :
Pekan Hari Raya Idul Adha adalah salah satu pekan libur tahunan bagi Mahasiswa di Yaman khususnya Mahasiswa Imam Shafie College yang berlokasi di Ibu Kota Provinsi Hadramaut yaitu Kota Mukalla. Sebagaimana lazim di hari-hari libur panjang kuliah, para mahasiswa beserta pengurus harian kuliah turut serta berlibur tuk sejenak menghilangkan kepenatan dari padatnya jadwal kuliah.
Dalam menghabiskan masa libur kuliah selama ini biasanya kalau tidak ke pantai yah ke kolam renang. Hanya saja momen Idul Adha kali ini lebih spesial dari pada tahun sebelumnya, dimana tahun kemarin sesuai dengan kebijakan perkuliahan liburan Idul Adha hanya dihabiskan di Kota Mukalla. Walaupun di Kota Mukalla yang merupakan Kota Kampus kami, Dewan Kampus membawa Mahasiswa ke villa yang mempunyai Kolam Renang selama 2 hari 2 malam.
Biasanya, baik itu di Kolam maupun di Pantai, teman-teman senantiasa mengadakan lomba-lomba khas Agustusan seperti lari kelereng, memasukkan paku ke botol dan mengambil koin dalam tepung. Hal ini tak lain untuk menghilangkan efek jenuh kuliah dan pesantren yang jadwal kegiatannya padat dari Shubuh sampai Isya’. Walaupun kami adalah Mahasiswa akan tetapi kami juga jadi Santri di Ribath Imam Syafi’i, sehingga kegiatan pembelajaran terasa sangat padat.
Nah, spesialnya pada liburan Idul Adha kali ini adalah kami para Mahasiswa bersama Staff pengurus Ribath & Universitas Imam Syafi’i hampir secara keseluruhan menghabiskan masa liburan di Kota Tarim. Jarak yang ditempuh dari Mukalla ke Tarim hanya memakan waktu 7 jam bila ditempuh dengan Mobil Pribadi.
Sebelum Idul Adha, tepatnya di hari Arafah kami mengikuti Munajat bersama di Khelih, Tarim bersama para Ulama’ dan Habaib Kota Tarim dari setelah Shalat Ashar sampai menjelang masuknya waktu Isya’. Selain bermunajat, di situ juga ada buka puasa Arafah bersama dengan menu Nasi Kebuli dan Kambing yang dibagikan kepada para hadirin secara cuma-cuma.
Esok harinya kami melaksanakan Shalat Ied di Jabanah, satu tempat Khusus yang digunakan untuk Sholat Ied dan Shalat Jenazah yang lokasinya tepat di Jantung Kota Tarim dan berseberangan dengan Pemakaman Zanbal yang terkenal dengan Makam Seribu Wali.
Tepat pada malam senin 14 Dzul Hijjah 1436 H, 3 hari pasca Idul Adha. Kami Para Mahasiswa bersama Staff Pengurus Kuliah mengadakan ‘Awad di penginapan. ‘Awad sendiri adalah semacam acara kumpul bersama di mana di dalamnya berisi pembacaan Shalawat, Qasidah serta Do’a. Dalam ‘Awad sendiri biasanya ada minuman Khas yang disajikan yaitu Qahwah atau Kopi, hanya saja Kopi Tarim tak sama dengan Kopi Indonesia, Kopi di sini lebih cenderung menggunakan campuran Jahe dari pada biji Kopi.
Karena di sini kami adalah Mayoritas, jadi dalam urusan Shalawat dan Qashidah lebih banyak diserahkan kepada kami Mahasiswa Indonesia, walaupun terkadang ada selingan dari Mahasiswa Yaman maupun Saudi. Acara ‘Awad dimulai setelah Shalat Isya’ sampai jam 22.30 waktu setempat. Selain menyenandungkan Qashidah dan Shalawat, teman-teman banyak yang maju di hadapan hadirin untuk melakukan Tarian Jafin maupun Gambus.
Dari awal acara, penyajian Shalawat dan Qashidah masih menggunakan Kultur dan Nada Padang Pasir alias kearab-araban hingga tiba di penghujung acara teman-teman berinisiatif untuk membawakan Qashidah Khas Indonesia. Di luar ruangan nampak Cahaya Rembulan begitu terang karena malam ini adalah Malam ke 14 yang mendekati Puncak Purnama. Nah, di bawah pancaran Sinar Rembulan teman-teman membawakan Qashidah “Padang Bulan” yang dipopulerkan oleh Habib Syeikh tersebut, dilanjutkan dengan Tembang Kanjeng Sunan yaitu “Lir Ilir”, teman-teman kian semangat dan serentak membawakannya. Syeikh dan Staff Pengurus Harian Kuliah beserta Mahasiswa dari Yaman dan Saudi hanya tersenyum tanpa memahami apa yang kami baca secara serentak ini karena tak lain bahasanya adalah Bahasa Jawa.[]
Imam Abdullah El-Rashied, Mahasiswa Fakultas Syariah, Imam Shafie College Hadramaut – Yaman.
Ditulis di Tarim, Senin 14 Dzul Hijjah 1436 H/28 September 2015.

Semoga bermanfaat. amiin.

Bahan Bangunan Lainnya :

Kisah Nyata : Tembang Sunan Kalijaga Mempesona Yaman
4/ 5
Oleh