Karomah Gus Dur Yang Sungguh Menakjubkan
Kangsoal,blogspot.co.id - Gus Dur mempunyai karomah yang Sungguh Menakjubkan. Siapa yang tak kenal dengan Gus Dur, Ulama yang penuh
kontroversi dengan banyak karomah yang tak banyak orang tahu. berikut
kami ulas 5 fakta karomah beliau yang kami ambil dari berbagai sumber
terpercaya:
1. Kisah Makam Surya Memesa dan Ziarah Syekh Ali Uraidi bin Imam Ja’far Shadiq
Di sela-sela acara tahlilan hari ke-7 wafatnya Gus Dur di Ciganjur,
Jakarta Selatan, Selasa (5/1), Said Agil pernah diajak ziarah ke
pedalaman Tasikmalaya, Panjulan. Gus Dur membawanya ke sebuah kuburan
yang sepi. Untuk mencapai lokasi saja, harus menyebrang sebuah situ
(danau).
Saat tiba, Gus Dur menuju sebuah makam. Saat ditanya Said Agil, siapa
jenazah yang telah dikebumikan di tanah ini? Gus Dur tidak langsung
menjawab. “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan,”
ujar Said Agil meniru ucapan Gus Dur.
Orang sakti yang dimaksud Gus Dur, sambung Said Agil, ternyata bernama
Surya Mesesa, seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa. Gus Dur
memberitahukan kepada Said Agil, mengapa Surya Mesesa bisa masuk Islam.
“Untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu
Syeikh Ali. Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah
tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujarnya.
Ceritanya, Gus Dur bersama Said Aqil ingin membacakan surat Al-Fatihah
untuk Syekh Ali sebanyak seribu kali. Namun ketika mereka baru
membacakan al-Fatihah sebanyak 30 kali tiba-tiba seorang polisi datang
mengusir mereka dan mengatakan, “Musyrik, haram!”
Untung saja mereka bukan penduduk setempat, sehingga tidak dihukum
berat, karena bagi mereka ziarah kubur adalah larangan berat. Namun Gus
Dur sempat marah kepada polisi itu, “Kamu musuh Allah, Wahabi,” kata Gus
Dur seperti dikutip Said Aqil saat memberikan testimoninya usai
memimpin tahlilal 7 hari di Ciganjur, Selasa (5/1) malam.
Said Aqil bercerita, Gus Dur berziarah ke makam Syekh Ali al-Uraidhi
karena Syekh ini konon sempat mengalahkan seorang yang hebat bernama
Surya Mesesa. Ia merasa tak terkalahkan. Bahkan untuk mendapatkan musuh,
Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syekh Ali al-Uraidhi.
“Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan
tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujar Said Aqil. Cerita ini
diperolehnya dari Gus Dur saat ia diajak berziarah ke pedalaman
Tasikmalaya, Panjulan.
Said Aqil bertanya, “Makam siapa Gus?” Gus Dur menjawab, “Dia orang
sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan.” Karena itulah Gus
Dur berziarah ke makam tersebut dan kemudian ke makam Syekh Ali
al-Uraidhi.
Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siradj, Gus Dur memang
gemar berziarah ke makam para ulama dan sesepuh. Selain mendoakan
mereka, dengan cara itu Gus Dur merangkai sejarah peristiwa yang terjadi
beberapa ratus tahun yang lalu, yang bahkan tidak tertulis dalam
buku-buku sejarah.
Namun ada yang yang menarik ketika Gus Dur berziarah kesuatu makam, kata
Kang Said. ”Kalau ada makam yang diziarahi Gus Dur, pasti kemudian
makam itu ramai diziarahi orang. Gus Dur memang tidak hanya memberkahi
orang yang hidup, tapi juga orang yang sudah mati,” katanya disambut
tawa hadirin. (nam) (sumber 1 , sumber 2)
2. Bertemu dan didoakan wali di madinah
setelah berziarah (point 1) , beliau berdoa di raudah, malamnya gus dur
ngajak kyai agil jalan2 ke masjid untuk mencari seorang wali
setelah muter2 dimasjid, kyai agil ketemu sm orang pake surban tinggi, lagi ngajar santrinya banyak, bilang sm gus dur
‘apa ini wali gus ?’
gus dur bilang, ‘bukan’
akhirnya cari lagi,ketemu sm orang yg pake surban dengan jidat hitam , gus dur bilang ‘bukan ini’
kemudian gus dur menghentikan langkah di dekat orang yg pake surban
kecil biasa, duduk diatas sajadah, baru gus dur bilang, ‘ini adalah
wali’
kemudian kyai agil memperkenalkan pada wali tersebut, dalam bahasa arab, dan terjemahannya seperti ini
‘Syekh, ini sy perkenalkan namanya ustad Abdurrahman Wahid, ketua organisasi islam terbesar di asia’,
tujuan dari mencari wali ini ialah ingin didoakan oleh seorang wali.
akhirnya wali ini berdoa untuk gus dur semoga di ridloi, di ampuni ,
hidupnya sukses. setelah itu wali tersebut pergi sambil menyeret
sajadahnya dan mengatakan ‘dosa apa saya? sampai2 maqom/kedudukan saya
diketahui oleh orang’…
dalam sebuah atsar (perkataan ulama2) menyatakan bahwa ‘yang mengetahui kedudukan seorang wali adalah sesama wali itu sendiri’
3. Membuka Langit
Semasa menjadi presiden Indonesia, Gus Dur sangat rajin menjalin
silaturrahmi dengan pemimpin negara lain, satu kebiasaan baik yang telah
dikembangkan sejak sebelum ia menjadi presiden kepada masyarakat.
Salah satu lawatan pentingnya adalah ke India di awal Februari 2000,
setelah perjalanan panjang dari Eropa. Di negeri yang dialiri sungai
Gangga ini, Gus Dur bertemu dengan PM Atal Behari Vejpaye dan Sonia
Gandhi dan menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas
Jawaharlal Nehru.
Perjalanan panjang keliling Eropa dan pulangnya melewati India dan
dilanjutkan ke Korea Selatan ini menggunakan pesawat kepresidenan, yang
tentu saja memiliki standar keamanan dan pelayanan yang terbaik untuk
orang paling penting di Indonesia.
Pada kunjungan tersebut, ketika pesawat udara mendekati New Delhi,
terdapat awan yang sangat gelap yang menutupi bandar udara sehingga
tidak mungkin untuk mendarat di bandara Internasional Indira Gandhi New
Delhi, sehingga direncanakan mendarat di bandara lain terdekat sebagai
alternatif.
Bagi seorang presiden dengan jadual yang sudah diatur secara ketat
karena terbatasnya waktu, kondisi ini tentu akan membuat rencana
kegiatan menjadi berantakan. Ditengah-tengah situasi seperti itu,
tiba-tiba terjadi sebuah fenomena alam yang sangat ajaib, tiba-tiba saja
langit terbuka dan sehingga pesawat bisa melewati awan dan begitu bisa
mendarat, langit kembali tertutup awan hitam kembali.
Kisah ini disampaikan oleh pilot pesawat kepresidenan yang sedang
bertugas kepada adik Gus Dur, Umar Wahid yang merasa takjub dengan
kejadian tersebut.
“Ini kebetulan atau tidak, tapi pilot tersebut mengatakan dalam karirnya
sebagai pilot, ia tidak pernah mengalami kondisi seperti itu,” katanya.
Sebagai pilot kepresidenan, tentu saja telah dipilih orang dengan jam
terbang tinggi dan kemampuan terbaik, kondisi seperti itu merupakan
fenomena alam aneh yang baginya juga luar biasa dan tak terlupakan.
4. Gus Dur dan Mahfud MD
Kisah tentang Gus Dur kali ini dituturkan Mahfud MD , mantan Ketua
Mahkamah Konstitusi ( MK ). Sebagai orang dekat Gus Dur , Mahfud tentu
memiliki kenangan-kenangan kisah yang masih menancap, misalnya dalam
bentuk humor atau dalam bentuk karomah.
Ditemui Salah satu media dalam acara deklarasi Mahfud MD sebagai Capres
2014 di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (Ponpes API) Tegalrejo,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, politisi asal Madura itu antusias
bercerita soal Gus Dur . Misalnya kisah ketika dia diangkat menjadi
Menteri Pertahanan.
"Saya cerita pada suatu hari Presiden Abdurrahman Wahid memanggil saya
dan mengatakan, 'Pak Mahfud saya perlu tiga ahli tata negara. Saya sudah
punya dua tapi kurang satu'. Pertama ahli yang dimiliki Yusril. 'Yusril
akan saya angkat kembali jadi Menkumham. Yang kedua Marsilam
Simanjuntak akan saya angkat menteri sekretaris kabinet. Lalu yang
ketiga antum'," kata Gus Dur .
Mahfud pun merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan Gus Dur
tersebut. Bahkan dia langsung menawar beberapa kali supaya tidak
dijadikan menteri pertahanan. Namun beberapa kali penolakan tidak
digubris sama sekali oleh Gus Dur .
"Saya tidak percaya. Saya kira saat itu menteri pertanahan. Ternyata
bukan menteri pertanahan, tapi menteri pertahanan. Saya lalu bilang,
tidak pernah belajar ketahanan. Gus Dur menjawab, 'saya saja tidak
belajar jadi presiden, bisa jadi presiden, politik itu sifatnya umum',"
kata Mahfud menirukan Gus Dur .
Mahfud lalu menawar, bagaimana kalau menteri kehakiman? Gus Dur
mengatakan tidak bisa karena Yusril senang berada di situ. Bagaimana
kalau menteri sekretaris kabinet? Tidak bisa, karena Marsilam orangnya
teliti. Saya perlukan tenaganya urus surat biar tidak salah.
"Saya tawar, bapak presiden, saya urus Deputi Kemenkumham gantikan Pak
Hasbalah M Sa'ad? Tidak bisa besok saya bubarkan," tutur Mahfud.
Mahfud kemudian keluar dan langsung diberi masukan oleh salah seorang
temannya supaya tidak menolak permintaan Gus Dur menjadi menteri
pertahanan. Namun, Mahfud menganggap penunjukan Gus Dur itu lucu dan
aneh.
"Saya keluar, salah satu rekan saya bilang, antum (kamu) jangan tawar
terus kalau tidak mau tidak jadi menteri. Siap saya terima dan
laksanakan. Itu pengangkatan lucu dan aneh. Ketika jabatan itu saya
terima besok jam 8 malam rencana akan diumumkan. Lalu saya disuruh
berikan kartu nama. Tidak punya kartu nama, akhirnya saya tulis di
kertas. Saya tidak bawa kartu nama," ucapnya.
Begitu pulang ke rumah, Mahfud langsung mengatakan ke keluarganya bahwa
dirinya ditunjuk sebagai menteri. Namun, istrinya tidak percaya dengan
pengumuman yang disiarkan televisi dan dipercepat pengumumannya.
"Saya bilang sama anak-anak dan keluarga kumpul. Tapi tiba-tiba
pengumuman menteri dimajukan. Diumumkan jam empat sore. Anak-anak saya
pada main. Ketika diumumkan hanya ada istri, istri saya tidak percaya.
'Bukan! Masak kamu jadi menteri'. Kemudian saya yakinkan, terus telepon
berdering di tengah malam," ungkapnya.
Bahkan, penunjukan Mahfud sebagai Menhan oleh Gus Dur saat itu
mendapatkan banyak protes dari berbagai kalangan. Di antaranya, tokoh
reformasi saat itu Amien Rais bahkan Wakil Presiden Megawati juga
memprotes rencana Gus Dur itu.
"Yang mengagetkan banyak komentar sinis. Amien Rais marah. Amien
ngomong, 'itu salah itu, Gus Dur pilih teman jadi menteri'. Di mana-mana
Menhan orangnya harus kelas dunia. Affan Gaffar bilang, Mahfud jadi
Menhan dia gali kuburnya sendiri. Megawati di berita gak setuju. Gus Dur
bilang kemana Wapres gak ada? Biasa kalau perempuan mandi ya pulang
mandi. Menkeu Priyadi dan Mahfud MD yang diejek dua hari. Gus Dur
disalah-salahkan," ujar Mahfud mengenang.
Mahfud kemudian mengundang rekan-rekan Ikatan Cendekiawan Muslim dari
Madura yang diketuai oleh doktor Malik Mardani yang kini menjadi Khatib
Am Suriyah NU didampingi KH Sahal Mahfud untuk menyampaikan niatnya
mundur.
"Selain itu, rekan dosen IAIN dan UIN juga saya undang. Saya bilang, Mas
Malik saya buat kesalahan terlanjur jadi menteri bukan bidang saya.
Meski saya sudah bersedia tetapi kasihan Gus Dur kalau diejek seperti
ini. Saya ndak minta. Maksud saya kenal Gus Dur tapi tidak pernah dekat
tiba-tiba dipanggil jadi menteri. Saya mau mundur saja."
Tidak didukung niatnya untuk mundur, malah diminta untuk tetap
mempertahankan amanat yang diberikan Gus Dur . Malahan, di tengah
pertemuan itu, Mahfud langsung ditelepon oleh Gus Dur untuk tidak mundur
dari jabatan Menhan.
"Malik beri nasehat, 'kalau tidak minta jabatan menterinya sampean
jangan mundur. Jangan kamu minta jabatan, karena kamu akan sendiri dan
dibiarkan oleh Allah. Tapi kalau kamu tidak minta (jabatan), maka Allah
akan membantumu. Tiba-tiba handphone berdering sedang ada tamu, halo Pak
Mahfud ini ajudan presiden mohon bicara, presiden bicara. Saya lagi di
Gresik, Pak Mahfud, sedang meresmikan Semen Gresik, Pak Mahfud jangan
mundur," selorohnya.
Momentum itu bagi Mahfud terasa aneh dan ajaib karena seolah-olah Gus
Dur mengetahui pertemuan itu tanpa diberitahu oleh siapapun. Dia tidak
tahu, apakah itu sesuatu yang kebetulan atau tidak. Tapi dia menilai,
sepertinya Gus Dur dari kejauhan tahu.
"Anda bekerja saja, sebulan ke depan nanti jadi orang hebat. Dari situ
kemudian saya belajar sehingga saya simpulkan cerita tentang Gus Dur apa
yang saya bawa dari amanat Gus Dur adalah ikon NU terkemuka. Amanat
seperti ditulis dalam spanduk depan amanat yang dibawa, pikirannya Gus
Dur adalah ahlussunnah wal jamaah," pungkas Mahfud.
Baca juga :
Mbah KH Maimoen Zubair Mengungkap Kedermawanan GusDur
5. Weruh sak durunge wineruh.
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI yang ke-4 sudah lama
saya kenal melalui siaran televisi, koran-koran dan buku-buku yang
memuat pemikiran beliau. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah
saat kami berdua pernah duduk bersama seharian penuh dari pukul 07.00
pagi hari sampai 19.00 malam hari. Kebersamaan kami berlangsung di Riau,
tepatnya di kediaman Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal. Ketika itu
Gubernur Riau sendiri yang meminta saya untuk menemani Gusdur sebagai
‘pengganti’ tuan rumah, karena Gubernur Riau tidak dapat terus menerus
menemani Gusdur.
Jadilah pertemuan kami itu berlangsung aman, tanpa ada gangguan
sedikitpun. Saya masih ingat rombongan Gusdur saat itu lumayan ramai
juga, di antaranya adalah Muhaimin Iskandar (sekarang menjadi Menteri
Tenaga Kerja RI), dan saudara Lukman Edi (seorang anggota DPR RI).
Sepanjang hari itu, kami duduk bersebelahan dan berbicara panjang lebar
mulai dari masalah agama, masalah negara, masalah pemimpin-pemimpin
Indonesia.
Ketika membicarakan masalah agama kami terlibat dalam pembicaraan sangat
serius. Saat itu kami berkesempatan untuk membuktikan secara langsung
kata-kata orang yang banyak saya dengar, yang menyatakan bahwa Gusdur
menguasai banyak kitab-kitab klasik. Maka kami membuka dialog dengan
mencuplik kitab-kitab klasik yang pernah kami baca mulai dari karangan
Imam As Syafi’i, Imam Harmaini, Imam Al Ghazali, Imam Ibnu Katsir, dan
lain-lain. Apa yang terjadi…? Gusdur ternyata bukan hanya mahir
mengimbangi pembicaraan mengenai berbagai permasalahan yang kami
kemukakan, namun dengan mahir beliau malah membacakan matan-matan semua
persoalan tersebut dalam bahasa Arab yang asli, tepat seperti isi kitab
yang asli. Tidak dapat kami pungkiri bahwa saat itu hati kami bergetar,
kagum, heran, juga bahagia. Yakinlah kami bahwa Allah benar-benar Maha
Kuasa dan telah menciptakan hamba-hambaNya dengan berbagai kelebihan.
Subhanallah…
Ketika membahas kepemimpinan nasional, Gusdur dengan disertai
humor-humor kocak sana sini menjelaskan dan berdiskusi dengan kami
tentang banyak hal. Satu yang sangat kami catat kuat dalam ingatan kami
bahwa tidak pernah sekalipun terucap kata-kata jelek yang bersifat
mempersalahkan seorangpun dari pemimpin nasional kita. Ketika membahas
Pak Harto, nada ucapan beliau berubah menjadi sangat lembut dan serius.
Saat itu Gusdur berkata dan kami masih ingat benar, beliau berucap
begini: “Pak Harto sebagai seorang pemimpin nasional telah memberikan
contoh sebuah pekerjaan yang terencana dan terukur. Program beliau
direncanakan rapi dan diukur setelah waktu pelaksanaan berakhir.”
Kemudian beliau berdiam berapa saat. Kemudian beliau tertawa kecil
seraya berkata sambil tertawa: “laahha kalo saya, kerja kapan inget,
terus saya buat saja..”
Kesan saya saat itu muncul, sebagai orang Jawa asli, Gusdur terbiasa
dengan sikap dan adab orang Jawa, mikul nduwur yaitu menghormati orang
yang lebih tua. Beliau jujur dan humoris. Jujur dalam arti tidak
menyembunyikan kelemahan dirinya.
Pertemuan kami berjalan manis. Kami hanya berpisah beberapa menit saat
waktu sholat Dzuhur dan Ashar tiba, untuk kemudian duduk kembali di meja
yang sama. Ada beberapa keistimewaan Gusdur yang saya yakin muncul dari
indera keenam beliau. Ketika beliau bertanya kepada kami: “Sampeyan itu
kan orang Medan, kok kata Gubernur tadi, sampeyan orang Riau?” Kemudian
kami menjelaskan bahwa ibu kami adalah orang Riau dari Rokan Hilir,
Bagan Siapi-api. Namun kemudian beliau berkata: “Rumah sampeyan di
Klender, sampeyan buat pengajian malam senin di Klender, terus sampeyan
begini…sampeyan begitu..” yang kesemuanya tepat dan benar. Paling aneh
adalah saat kami katakan bahwa kami akan pulang pukul 17.00 dengan
pesawat Mandala, saat itu beliau berkata kepada saya dengan tegas:
“Ndak, sampeyan pulang dengan saya naek Garuda jam 7 (malam).”
Menanggapi ucapan itu kami diam saja sebab di tangan kami sudah ada
tiket Mandala pukul 5 sore rute Pekanbaru-Jakarta.
Ternyata pesawat Mandala delay sampai pukul 21.00, maka jadilah kami
bertukar pesawat naik Garuda Indonesia bersama dengan Gusdur. Ada satu
nasehat beliau kepada kami yang akan tetap kami ingat. “Negeri Riau
adalah negerinya orang-orang Naqsyabandi. Dan dari sini telah muncul
seorang wali besar Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sampeyan musti jaga negeri
ini, jangan dibiarkan begitu saja apalagi ibunya sampeyan orang asli
negeri ini.” Saat itu beliau pegang tangan saya dan saya pun menjawab
dengan rasa haru: “Iya Gus, saya pasti akan menjaga negeri saya ini.”
Sekarang Gusdur telah berpulang bertemu dengan Sang Pencipta Yang Maha
Tinggi. Setelah sebelumnya memandang dengan bashirah beliau kedatangan
sang kakek tercinta, Ulama Besar pendiri NU untuk mendampingi beliau di
alam barzakh. Kami berdoa semoga beliau nyaman berdekatan dengan Kakek
dan Bapak beliau di tanah Jombang, Pesantren keluarga besar Syaikh
Asy’ari.
Selamat jalan Gusdur…Nasehat panjenengan senantiasa akan kami ingat
sebagai kenangan manis antara orangtua kepada anaknya. Assalamu’alaika…
Lahu Al-Faatihah .....
Sumber :muslimoderat.com